SiFadly - Hingga kini penyakit kronis dan berpotensi melemahkan kondisi fisik penderitanya seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn dan multiple sclerosis bisa dibilang masih belum ada obatnya.
Namun sebuah perusahaan farmasi dari AS mengklaim telah menemukan obat baru untuk kondisi yang biasa disebut dengan penyakit autoimun tersebut menggunakan parasit yang ada di dalam tubuh babi.
Padahal menurut data, sebanyak 700.000 orang AS menderita penyakit Crohn dan diperkirakan ada 50 juta orang AS yang terserang rheumatoid arthritis dan 7,5 juta orang menderita psoriasis.
Hal ini mendorong tim peneliti dari Coronado Biosciences Inc, Burlington, Mass., untuk mengembangkan obat yang dalam setiap dosisnya mengandung ribuan telur parasit berukuran mikroskopis yang diambil dari kotoran babi.
Nantinya obat ini takkan berbentuk pil atau cairan suntikan melainkan akan dimasukkan ke dalam sebotol larutan garam untuk kemudian ditelan oleh penderita secara langsung.
Di dalam tubuh babi, telur-telur itu tumbuh menjadi whipworm (cacing gelang) dewasa dan bereproduksi tanpa membahayakan induk semangnya. Namun jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia, telur-telur itu mampu bertahan selama dua minggu dan dalam waktu sesingkat itu mereka akan mengatur sistem kekebalan pasien dan mencegah sistem kekebalan menyerang organ dan jaringan tubuhnya sendiri seperti yang terjadi pada penderita penyakit autoimun.
"Potensinya tak hanya sebagai obat tapi juga memberikan wawasan tentang penyebab penyakit itu sendiri," ujar Dr. Joel Weinstock, kepala departemen gastroenterologi and hepatologi di Tufts-New England Medical Center, Boston dan seorang penasihat riset di Coronado seperti dilansir dari MSN.
Coronado sendiri tengah menyiapkan 220 pasien penyakit Crohn untuk menjalani percobaan klinis obat ini. Partisipan akan menerima satu dosis 7.500 telur dari whipworm babi atau plasebo sekali dalam dua minggu selama 12 minggu.
Produk obat baru Coronado yang diberi nama trichuris suis ova (TSO) ini dikembangkan oleh Weinstock dan tim peneliti dari University of Iowa berdasarkan 'hipotesis kebersihan' (hygiene hypothesis).
Teori ini mengungkapkan bahwa jutaan organisme, termasuk virus, bakteri dan cacing masuk ke dalam tubuh manusia melalui kotoran dan diperlukan oleh manusia untuk melatih sistem kekebalan tubuh agar mampu mengenali dan melawan berbagai penyakit.
Padahal kini banyak sekali dibuat produk-produk kebersihan yang menjauhkan organisme ini dari manusia seperti pada sabun antibakteri, deterjen dan hand sanitizer. Hal ini memunculkan kekhawatiran karena Weinstock dan hipotesis lainnya mengemukakan bahwa penghilangan parasit usus tertentu justru menyebabkan hilangnya mekanisme kunci untuk mengatur sistem kekebalan pada beberapa individu.
Sedangkan pengobatan penyakit autoimun standar seperti obat suntik Enbrel (Amgen Inc) and Humira (Abbott Laboratories) dapat menghambat protein yang disebut faktor nekrosis tumor (factor necrosis tumor) sehingga menurunkan sistem kekebalan dan menghambat munculnya sel-sel yang berfungsi melawan infeksi. Bahkan obat-obatan ini meningkatkan risiko sejumlah infeksi serius, termasuk tuberkulosis dan beberapa jenis kanker.
"Oleh karena itu, TSO ini dianggap sebagai obat yang dapat memberikan harapan baru. Dengan menggunakan bahan whipworm dari tubuh babi, takkan ada infeksi permanen dan efek samping lain yang mungkin terjadi," tandas CEO Coronado, Bobby Sandage Jr.
Menurut Sandage, sepertiga pasien yang menjajal obat ini memang mengalami gangguan gastrointestinal seperti diare atau kram perut setelah mengonsumsi dosis pertama atau kedua, namun gejala ini akan hilang setelah 1-2 hari. Namun pada dasarnya pasien harus terus-menerus mengonsumsi obat ini agar gejalanya benar-benar menjauh.
"Yang kami ketahui tentang whipworm babi adalah ketika diberikan kepada manusia maka cacing ini akan hancur di dalam usus sehingga sangat aman," ungkap Dr. John Fleming, profesor neurologi dari University of Wisconsin yang mengujicobakan obat ini pada pasien multiple sclerosis.